Sunnah Nabi : Tangan Di Atas Lebih Baik
NASEHAT GURU SUFI : MENYATAKAN SIMPATI
Seberapa baik Anda memahami kata-kata bijak dari Nabi Suci, bahwa tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah?
Kalau Anda memahaminya dengan Memberi Lebih Baik Dari Meminta, cukuplah itu. Insya Allah Anda tidak akan salah.
Tetapi, tahukah Anda bahwa konsep Nabi Suci itu memiliki arti yang jauh lebih luas? Sabda Nabi di atas secara gamblang menjelaskan tentang sunatullah.
Sunatullah adalah Memberi. Dia Yang Memberi Tiupan Ruh kepada janin. Dia Yang Memberi Umur. Dia Yang Memberimu Pasangan Hidup. Dia Yang Memberi Hidup kepada bumi sesudah matinya. Dia Yang Memberi Rizki kepada siapa saja Yang Dia Kehendaki.
Biasanya kepada teman atau tetangga yang sakit kita mengatakan : Ini ujian dari Allah. Terimalah dengan sabar.
Kepada saudara/teman yang sedang terpuruk/tertimpa bencana, kita sering mengatakan : Bersabarlah bang, terima keadaan, insya Allah akan ada jalan keluar.
Saat ta’ziyah ke rumah duka kita mengatakan : Jangan bersedih, terimalah kepergian suamimu dengan ikhlas!
Uups! Ada yang salah??
Tidak ada yang salah dengan sikap kita dalam kondisi seperti itu. Itu adalah sikap yang wajar dan sudah umum kita temui. Pernyataan simpati seperti di atas biasanya berhasil menghibur.
Tetapi cara memberikan simpati seperti itu bukan yang terbaik, karena sikap seperti itu tidak mendekatkan kita dengan sunnah. Ingatlah. Nabi Suci menganjurkan tangan di atas (memberi) lebih baik, mengapa kita justru menganjurkan kepada orang lain agar memposisikan diri sebagai tangan di bawah (menerima).
Bagaimana sebaiknya menyikapi kondisi di atas sesuai dengan sunnah?
Saat menjenguk yang sakit kita sebaiknya membisikkan : Anda sakit, tetapi berikan kesan kepada keluarga Anda bahwa Anda sekarang lebih baik. Anjurkan agar si sakit melihat ke sekeliling dan memberi hiburan kepada penderita lainnya.
Kepada saudara-saudara kita yang sedang terpuruk/tertimpa bencana Anda sebaiknya mengatakan : Bung, Allah sedang memberi ujian, dan bung sedang memberi contoh kepada kami bagaimana seharusnya bersifat sabar dan tegar menghadapi ujian ini.
Kepada keluarga yang meninggal Anda sebaiknya mengucapkan : Allah mengatur semua yang terjadi. Ibu dan keluarga telah memberi kami tauladan kebesaran jiwa dan keikhlasan.
Gunakan seluruh imajinasi Anda untuk menjalin kata-kata indah saat menghibur dan menyatakan simpati. Anda akan melihat keajaiban. Perubahan kata dan sikap dari “menerima” menjadi “memberi” akan menghasilkan getaran luar biasa yang berbeda dan menyebabkan perubahan yang tak terbayangkan. Orang yang terpuruk cepat terangkat, yang sedih segera pulih dan yang sakit sembuh lebih cepat. Dan Anda. Anda akan terkena efek getaran keindahan yang sama baiknya dan tak terduga.
Sesungguhnya sunatullah itulah yang berlaku di muka bumi.
Dan hanya orang buta yang tidak mampu melihat keindahan sunatullah ini.
#
(Catatan refa : Silakan mencoba. Saya sudah membuktikannya. Subhanallah).
****
Assalaamu’alaikum…..
Terima kasih Refa atas kesudian ziarah ke laman saya. Salam kenal persaudaraan dan keilmuan. Laman ini sungguh menarik dengan info yang mencerahkan minda dan jiwa. Semoga beroleh kebahagiaan dari kongsian ilmu yang disampaikan dengan bijak dan berkesan. Salam mesra dari Malaysia.
Salam kenal kembali Cik Fatimah. Thank’s sudah mengunjungi blog ini dan memberi apresiasi yang menyejukkan hati. Salam takzim selalu.
Assalamu’alaikum, @Bung Refa
Catatan terakhir dari artikel ini sangat mengena dihati… Subhanalah.
Salam hangat saudaraku.
#Haniifa.
Salam hangat juga …
sungguh indah…indah didengar, indah di hati.
thanx atas pencerahannya.
Alhamdulillah, terimakasih.
Setiap postingan baru Bung @Refa
selalu memberi pencerahan
Salam hangat saudaraku
kalau menurut saya apabila ditimpa ujian terus bilang “terimalah…ujian ini…..” tidak salah juga mengingat bisa menerima saja sudah bersyukur banget karena banyak juga orang yg tidak terima dikasih ujian trus kufur bunuh diri kalap dsb, tapi yg mas refa sampaikan itu jelas lebih baik dari sekedar menerima, tapi menurut saya yg terbaik adalah ikhlas, ikhlas ini maksudnya segala hak milik kita menjadi nol bahkan rasa milik pun gak punya karena semua kembali ke Allah, dengan kembali ke Allah maka tiada sangkaan apapun thd Dia, biarlah Dia memberikan yg terbaik….hanya perkataan org cubluk seperti saya apabila ada salah2 kata mohon dimaafkan yah……
nuwun
Betul sekali m4stono.
Orang awam (umum) mengatakan “terimalah..”
Yang lebih baik dari itu “berilah…”
Untuk level di atasnya lagi, dengan senyum dan menyelaraskan getaran hati insya Allah lebih bermakna dari sekedar kata-kata.
Terimakasih untuk pencerahan dari @m4stono. Insya Allah bermanfaat untuk semua.
Salam hormat dan takzim.
Assalamu’alaikum,
Sesungguhnya orang yang paling bahagia adalah orang yang memberikan kebahagiaan paling besar bagi orang lain. Dinginkanlah hati orang yang tidak beruntung dan hapuslah air mata mereka dengan kata-kata yang bijak.
(Dewi Yana)
Benar sekali mbak Dewi Yana,
Alhamdulilah.
Salam.
berkunjung…..
saya masih ragu dengan konsep “memberi lebih baik daripada menerima”, kalau “memberi lebih baik daripada meminta” saya setuju.
memberi -> apakah yang diberi dapat menerima, terkadang yang memberi tidak pernah memikirkan kebutuhan penerima, hingga akhirnya penerima terpaksa menerimanya.
pemberi berpikir bahwa memberi lebih bagus, padahal menerima juga bagus, bahkan bisa lebih bagus. seandainya anda memberi, namun yang diberi tidak mau menerima, pasti akan ada rasa sakit hati dari sang pemberi. namun jika anda menerima (tanpa meminta tentunya), maka sang pemberi senang.
..sekedar sharing..
aji berusaha untuk selalu memberi, semoga yang diberi mau menerima dengan ikhlas, karena memberipun dengan ikhlas.
HHmmm …
Ini tulisan bagus sekali …
Ternyata bukan sekedar tentang Pengemis dan Sedekah …
Tetapi lebih dalam dari itu …
Terima kasih ya … tulisan ini sederhana tetapi sangat mengena di hati saya …
Salam saya